Jumat, 06 Maret 2009

MENAKAR MUHAMMAD, MENAKAR YESUS

Di samping sama2 berpoligami, ada kesamaan lain antara Muhammad, Sulaiman, Daud, dan Musa yakni mereka sama2 menjadi raja dari sebuah bangsa. Ini membedakan mereka dari Yohannes Pembatis, Zakaria, atau nabi2 lainnya yg tidak pernah memegang tampuk kepemimpinan, apalagi dengan Yesus yang jangankan menjadi Raja, mencari pengikut setiapun beliau kesulitan.

Ada perbedaan prinsipil antara seorang raja atau pemimpin bangsa dgn seorang nabi: Seorang raja harus bertindak secara pragmatis dan taktis, seorang nabi harus bertindak secara idealis. Artinya, seorang nabi yg juga adalah seorang pemimpin bangsa suatu waktu harus meninggalkan idealisme-nya sebagai nabi dan memilih bertindak pragmatis dan taktis.

Misalnya saja, baik Sulaiman, Daud, ataupun Musa sama2 harus melakukan peperangan untuk melindungi bangsa mereka, sementara seorang nabi dituntut utk mengajarkan perdamaian.

Setelah berhasil mengalahkan kaum Quraisy yg sebelumnya menjadi ancaman besar bagi keselamatan mereka, Komunitas muslim pada zaman nabi terjepit di antara 2 kekuasaan adidaya: Romawi dan Persia. Keduanya merupakan penjajah atas bangsa2 semitik (arab dan yahudi). Keduanya tentu tidak akan duduk tenang melihat suku2 yg merupakan bagian dari bangsa arab terbangkitkan nasionalisme-nya setelah mereka memeluk Islam.

Sebagi pemimpin kaum muslimin, Muhammad menyadari betul posisi kaumnya saat itu. Maka tidak ada jalan lain bagi Muhammad kecuali melakukan tindakan pengamanan wilayah melalui penaklukan wilayah2 di sekitar Makkah, khususnya wilayah2 yg strategis. Penduduk asli di wilayah2 tsb memang sudah muak dgn penjajah Romawi dan Persia, sehingga mereka umumnya dgn senang hati bergabung. Peperangan yg terjadi dalam proses penggabungan itu umumnya antara tentara muslim melawan tentara Romawi atau Persia, bukan melawan penduduk asli.

Namun bagi mereka yg anti Islam, tindakan Muhammad itu diangkat kepermukaan sebagai sebuah tindakan kenabian. Nabi kok berperang? Demikian kilah mereka. Jadi kalau Alexander the Great, Christopher Columbus, Julius Caesar, Raja Richard dari Inggris, dan para penakluk lainnya dipuja-puji sebagai pemimpin besar karena telah melakukan penjajahan ke banyak bangsa, maka Muhammad harus menerima nasib dikutuk sebagai "perampok" karena telah memulai upaya penyatuan dan pembebasan suku2 dalam bangsa arab dari penjajahan asing.

Untuk memenangkan peperangan2 yg mereka lakukan, baik Muhammad, Sulaiman, Daud ataupun Musa sama2 menerapkan strategi dan taktik tertentu. Terkadang mereka harus bertindak keras terkadang mereka melakukan perundingan, terkadang mereka menyerang terkadang mereka bertahan. Namun khusus utk Muhammad, Al Quran telah menetapkan batasan2 tertentu terkait strategi dan taktik yg dapat digunakan kaum muslimin.

Namun lagi2 strategi dan taktik yg digunakan Muhammad dipropagandakan sebagai tindakan barbar oleh mereka yg anti islam. Eropa membangun kejayaan yg mereka nikmati sekarang dari darah, keringat dan nyawa bangsa2 jajahan mereka di Asia, Afrika dan Amerika, namun tidak ada yg mengatakan tindakan2 mrk tersebut sbg barbar. Muhammad membebaskan suku2 arab dari penjajahan asing, dan itu adalah barbar, kata mereka.

Muhammad memberikan 3 (tiga) pilihan bagi penduduk wilayah taklukan: masuk Islam, membayar jizya, atau kalau menolak kedua-nya akan diperangi. Paling tidak Muhammad memberikan pilihan. Adakah Bangsa barat memberikan pilihan seperti itu kepada suku2 Indian Amerika? Pergi dari tanah kalian atau kami bantai, itulah pilihan bagi bangsa Indian. Adakah Belanda memberikan pilihan itu kepada nenek moyang kita? Serahkan tanah, harta benda dan keringat kalian, atau kami bantai, itulah pilihan bagi nenek moyang kita. Tapi mengapa tindakan Muhammad memberi tiga pilihan yg jauh lebih manusiawi malah dikatakan tidak toleran sementara tindakan bangsa2 barat kepada bangsa2 jajahan yg tidak memberikan pilihan kecuali hidup menderita dikatakan sebagai perkembangan peradaban?

Pilihan2 yg diberikan Muhammad sebenarnya tidaklah berlebihan kalau dipandang secara obyektif. Mereka yg masuk islam toh diwajibkan membayar zakat, mengapa yg tidak masuk Islam tidak boleh diwajibkan membayar semacam pajak kepada negara? membayar pajak adalah kewajiban yg dibebankan oleh hampir semua negara kepada warga negaranya, mengapa ketika kewajiban itu dibebankan oleh Muhammad mereka yg anti Islam dgn enteng mengatakakannya "tidak beradab"? Toh dimanapun di dunia ini mereka yg tidak bayar pajak akan dihukum?

Tentu tidak adil membandingkan Muhammad, Sulaiman, Daud, atau Musa dgn Yesus atau Yohannes Pembaptis. Yesus memang dari semula tidak memiliki misi untuk membebaskan kaumnya dari penjajahan Romawi, jadi beliau tidak perlu berperang. Yesus juga tidak pernah menjadi pemimpin, karena sesuai pengakuan beliau sendiri, Yesus adalah "Raja di Kerajaan Surga", bukan "Raja di Alam Nyata", sehingga beliau tidak perlu mengambil keputusan2 yg akan mempengaruhi nasib bangsanya, jadi tidak perlu mengambil keputusan2 kontoversial yg mau tidak mau harus diambil demi keselamatan bangsa. Yesus memang tidak bertindak keras, tidak berperang, tidak menyerang, tapi itu lebih dikarenakan posisinya yg lemah: jumlah pengikut setia yg sangat tidak memadai dan dengan militansi yg rendah berhadapan dgn kekuasaan Romawi, sebuah negara adi kuasa. Boro2 menyerang atau melawan, tidak dibunuh saja sudah untung! Yesus memang seorang NABI TAKLUKAN, bukan NABI PEMIMPIN.

Tapi mempertentangkan dua bentuk kenabian tsb bukanlah tindakan yg bijak. Tuhan yang Maha Tahu tentuk tahu bahwa bentuk kenabian Yesus tepat utk kondisi saat itu, sementara bentuk kenabian Muhammad, Sulaiman, daud ataupun Musa cocok utk kondisi yg masing2 mereka hadapi. Seandainya Yesus menggantikan Muhammad dalam posisinya, maka jangankan mengajarkan ajaran Tuhan, menyelamatkan diri dari kekejaman Quraisy saja belum tentu beliau sanggup. Sebaliknya jika Muhammad yg berada di posisi Yesus, maka bisa2 terjadi banjir darah karena kaum Yahudi yg terbangkitkan oleh semangat jihad akan bangkit melawan Romawi tanpa memperdulikan kelemahan fisik mereka.

Jadi, tidak adil kalau mengukur Muhammad dgn ukuran Yesus, dan sama tidak adilnya jika Yesus ditakar dgn ukuran Muhammad. Tapi jauh lebih bodoh lagi kalau kedua nabi yg mulia tsb diukur dgn ukuran2 yg berlaku di zaman sekarang! Sebagai contoh, zaman sekarang, lelaki yang tidak kawin adalah lelaki gay atau lelaki yang putus asa dalam percintaan. Namun hanya orang bodoh yang akan menggunakan standar tersebut sehingga memvonis Yesus yg tidak kawin sebagai seorang gay atau seorang laki2 putus asa.

Demikian pula Muhammad yg melakukan poligami. Zaman dahulu adalah wajar seorang Raja atau Pemimpin bangsa melakukan poligami, tujuannya adalah untuk memperluas hubungan kekerabatan sehingga akan memperkuat kepemimpinannya. Hal ini juga dilakukan oleh Daud, Sulaiman, Rahabeam, dan raja-raja lain pada zaman dahulu, termasuk Kaisar2 di China dan Raja-raja di Eropa sekalipun. Hanya orang bodoh yang kemudian menyalahkan tindakan para raja tersebut dengan menggunakan standar moral zaman sekarang yang memang sangat mengedepankan monogami dan menganggap poligami sesuatu yang buruk (dan menganggap berzinah dan gonta-ganti pasangan sebagai sesuatu yg lumrah).

Kesimpulan: Pahamilah perilaku para nabi sesuai dengan konteks kehidupan mereka, bukan berdasarkan tata nilai yang diyakini manusia pada zaman ini.

Tidak ada komentar: