Sabtu, 21 Maret 2009

TAKDIR VERSUS KEHENDAK BEBAS

Albert Einstein suatu ketika pernah berkata, "Saya percaya kepada Tuhan yang telah menciptakan Alam Semesta dan menentukan hukum-hukum yang mengatur perputarannya, tapi saya tidak percaya bahwa Tuhan turut campur mengurusi kehidupan dan nasib seseorang".

Pendapat Einstein tsb mewakili mereka yang meyakini konsep "SELF DETERMINATION" yang dimiliki manusia. Berdasarkan konsep ini, Tuhan sebatas menciptakan "aturan main" bagi manusia dan membiarkan manusia dengan segala potensi mereka bermain berdasarkan "aturan main" tsb. Jika ada yg melanggar "aturan main", maka dia akan "dihukum sendiri" oleh pemain lain berdasarkan "aturan main", bukan secara langsung oleh Tuhan. "Aturan main" itu adalah Hukum Alam dan Hukum Kausalitas sementara "pemain lain" adalah segala isi alam semesta termasuk manusia.

Contohnya begini: Tuhan menetapkan hukum gravitasi. Jika ada manusia yang mencoba melawan hukum tsb, misalnya dgn menjatuhkan diri dari gedung bertingkat, maka dia akan dihukum pemain lain, yakni bumi, udara, dan unsur2 lain yg terlibat dalam realisasi hukum gravitasi, berdasarkan hukum gravitasi itu sendiri = "Setiap benda akan ditarik ke permukaan bumi dengan kecepatan yg sebanding dgn massa yg dimiliki benda tsb dikurangi hambatan udara." Dan BUM! orang yg melawan hukum gravitasi itupun terhempas ke bumi dan mati. Jadi BUKAN TUHAN yg mematikan si orang malang tsb, tapi bumi berdasarkan hukum gravitasi.

Paham ini kemudian berkembang jauh hingga merambah pembahasan tentang azab dan ganjaran yg diterima manusia setelah kematiannya. Bagi penganut paham SELF DETERMINATION yang percaya kehidupan sesudah mati, ada hukum yg mengatur ruh sama seperti hukum fisika yang mengatur alam semesta. Azab akan diterima ruh karena perbuatan jahat pada dasarnya bertentangan dgn hukum ruhawi sama seperti menjatuhkan diri dari gedung bertingkat berarti menantang hukum gravitasi. Perbuatan baik adalah sesuai dgn hukum ruhawi sehingga mendatangkan ganjaran kesenangan, sama seperti kalau makan orang akan jadi kenyang.

Konsep "SELF DETERMINATION" sangat bertolak belakang dgn konsep "PREDESTINATION". Berdasarkan konsep ini, segala sesuatu yang menimpa manusia sampai hal-hal yg sekecil-kecilnya semuanya telah ditentukan oleh Tuhan bahkan sebelum kelahirannya. Manusia adalah boneka yang sekedar menjalankan apa2 yg telah digariskan oleh Sang Dalang, yakni Tuhan yang Maha Kuasa. Kehidupan bak satu jalan tunggal tanpa percabangan yang awal dan akhirnya serta segala hal yg ditemui di sepanjang jalan telah ada sebelum jalan tersebut dilalui.

Konsep PREDESTINATION meniadakan peran FREE WILL, kehendak bebas, dari manusia. Hal ini agak kontradiktif mengingat penganut paham PREDESTINATION umumnya adalah penganut agama yang mempercayai adanya pahala dan dosa serta neraka dan sorga sebagai bentuk pertanggung-jawaban manusia terhadap perbuatan mereka di dunia. Kontradiktif karena tanpa adanya FREE WILL maka manusia tidak bisa dikatakan bertanggung-jawab atas perbuatan mereka, manusia berbuat atau tidak berbuat adalah karena telah digariskan oleh nasib mereka, bukan karena mereka secara sadar memutuskannya.

Sebagai reaksi atas paham SELF DETERMINATION dan PREDESTINATION, lahirlah sejumlah paham lain, di antaranya adalah bahwa nasib manusia memang telah ditentukan, namun manusia dapat berupaya mengubahnya, dan atas ijin Tuhan maka upaya tersebut bisa berhasil, bisa pula tidak. Upaya manusia dikendalikan oleh FREE WILL yang mereka miliki, jadi atas upaya tsb lah dosa dan pahala ditetapkan oleh Tuhan, bukan atas hasil yg didapat dari upaya karena hasil merupakan kehendak Tuhan sendiri. Sebagai contoh: Seorang pembunuh berdosa bukan karena dia telah menyebabkan kematian orang lain tetapi karena KEPUTUSAN yang telah diambil dan diupayakannya. Kematian korban sendiri adalah kehendak Tuhan, tetapi keputusan dan upaya membunuh merupakan kehendak dari si pembunuh sendiri.

Paham di atas pun bukannya bebas dari pertanyaan, salah satunya adalah MENGAPA TUHAN MEMBIARKAN SESEORANG MEMUTUSKAN DAN MELAKUKAN NIAT JAHATNYA SEMENTARA UNTUK ORANG LAIN HAL ITU TIDAK DIBIARKAN TUHAN? Dalam dunia hukum dikenal istilah GUILTY OF IGNORANCE, seseorang bersalah karena membiarkan terjadinya suatu kejahatan padahal dia mengetahui dan mampu mencegah terjadinya kejahatan tersebut. Jika saya memegang senjata, berbadan kuat, dan terlatih berkelahi lalu suatu ketika saya memergoki seorang pencuri yg tidak bersenjata dan berbadan kecil mencuri TV tetangga tapi saya diam saja, maka pengadilan akan menjatuhkan hukuman kepada saya karena GUILTY OF IGNORANCE.

Lalu ada paham yang menyatakan bahwa Tuhan telah menetapkan satu SYSTEM OF DESTINATION, suatu sistem nasib, untuk semua manusia. Bayangkan Anda berjalan di suatu jalan yang penuh percabangan, dan di setiap cabang juga penuh percabangan yang di setiap cabangnya lagi2 dipenuhi percabangan, begitu seterusnya. Dari salah satu ujung cabang, seorang manusia dilahirkan untuk kemudian menempuh perjalanan sesuai kehendak dia sendiri. Dia bebas memilih cabang, dan untuk setiap pilihan ada banyak konsekwensi yang harus dia pilih sendiri. Konsekwensi adalah percabangan dari suatu cabang jalan yang dipilih. Begitu seterusnya sehingga manusia sampai pada salah satu ujung lain dari sistem nasib dimana dia menemui ajalnya. Atas setiap pilihan tersebutlah manusia akan dinilai pahala dan dosanya. Peran Tuhan adalah menjaga integritas sistem ini, jangan sampai satu cabang memiliki cabang yang tidak kongruen, misalnya ketika seorang manusia memilih cabang "bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gedung tingkat 20", jangan sampai diujung cabang tersebut ada salah satu cabang "mendarat dengan sehat walafiat dan bahagia".

Paham SYSTEM OF DESTINATION dalam satu sisi mengakui FREE WILL manusia namun di sisi lain juga mengakui adanya NASIB yang ditentukan terlebih dahulu oleh Tuhan. Hanya saja nasib tersebut bak percabangan jalan yg di setiap cabangnya juga memiliki percabangan.

Nah teman-teman, berdasarkan keyakinan agama yg teman-teman miliki, yg manakah dari paham ttg nasib tersebut yang kalian anggap paling benar?

Minggu, 15 Maret 2009

YESUS SBG MESIAS: QURAN VS INJIL

Mesias berasal dari kata Ibrani "Mashiach" yang artinya "yang diurapi". Pengurapan adalah sebuah upacara dalam tradisi keagamaan yahudi yang dilaksanakan bagi calon imam dan raja.

Keluaran 40:15 Urapilah mereka, seperti engkau mengurapi ayah mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku; dan ini terjadi, supaya berdasarkan pengurapan itu mereka memegang jabatan imam untuk selama-lamanya turun-temurun."
1 Samuel 10:1 Lalu Samuel mengambil buli-buli berisi minyak, dituangnyalah ke atas kepala Saul, diciumnyalah dia sambil berkata: "Bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas umat-Nya Israel? Engkau akan memegang tampuk pemerintahan atas umat TUHAN, dan engkau akan menyelamatkannya dari tangan musuh-musuh di sekitarnya. Inilah tandanya bagimu, bahwa TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas milik-Nya sendiri".


Dalam sejarah Yahudi sebagaimana diceritakan dalam Kitab-kitab mereka, ada banyak orang yang diurapi, baik imam maupun raja. Namun tradisi ini dengan sendirinya hilang setelah Kaum Yahudi ditaklukan bangsa-bangsa lain dan dijadikan jajahan. Meskipun demikian, kaum yahudi tidak berhenti berharap bahwa suatu ketika akan muncul seseorang yang diurapi yang akan menjadi raja. Keberadaan seorang raja tentu saja berarti juga berdirinya kembali kerajaan yahudi, dan ini hanya mungkin jika para penjajah telah terusir dari negri mereka. Dengan kata lain, harapan datangnya seorang yg diurapi, Sang Mesias, adalah harapan akan kemerdekaan dan kejayaan bangsa.

MENURUT INJIL

Penganut Nasrani mengklaim bahwa Yesus adalah Sang Mesias yang dijanjikan dalam Kitab-Kitab Yahudi. Klaim ini memang didasari oleh informasi dari Injil. Namun klaim ini banyak mengandung permasalahan:

1. Mesias yang dijanjikan dalam Kitab-Kitab Yahudi adalah SEORANG MANUSIA, bukan TUHAN YG MENJELMA MENJADI MANUSIA. Yang menarik adalah bahwa Yesus memang mengklaim dirinya sebagai Mesias:

MATIUS 16(16) Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (17) Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. (18) Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. (19) Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (20) Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.

Klaim Yesus bahwa dirinya adalah seorang mesias dengan sendirinya menunjukkan bahwa Yesus memandang dirinya sebagai seorang manusia, BUKAN TUHAN sebagaimana diyakini ummat nasrani. Mesias adalah SESEORANG YANG DIURAPI TUHAN, kalau Yesus adalah Tuhan, maka akan terjadi keanehan: TUHAN MENGURAPI TUHAN, dan hal ini sama sekali tidak dikenal dalam tradisi Yahudi. TUHAN SEDIKITPUN TIDAK BUTUH DIURAPI.

2. Pada perkembangannya, Klaim Yesus bahwa dirinya adalah seorang Mesias tidak diterima oleh para pemuka Yahudi. Hal ini sungguh aneh karena semestinya mereka bergembira bila ada seorang Mesias yang artinya pengharapan mereka dan janji Tuhan kepada bangsa yahudi akhirnya menjadi kenyataan. Penolakan tersebut didasari pada kenyataan bahwa YESUS TIDAK MEMENUHI SYARAT SEBAGAI SEORANG MESIAS. Apakah syarat2 tersebut?

(1) Seorang Mesias haruslah keturunan Daud. Hal ini tegas dinyatakan Tuhan dalam Kitab-Kitab Yahudi, di antaranya:

Yeremia 33:17
"Sebab beginilah firman TUHAN: Keturunan Daud tidak akan terputus duduk di atas takhta kerajaan kaum Israel!"

Mazmur 89
(34) Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah. (35) Sekali Aku bersumpah demi kekudusan-Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud: (36) Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mata-Ku, (37) seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang setia di awan-awan." Selah.

Syarat ini, meskipun didukung dgn silsilah yang aneh, nampaknya dipenuhi oleh Yesus. Dikatakan aneh karena Injil Matius menggunakan silsilah dari Yusuf, ayah tirinya, sementara di lain pihak Yesus dikatakan terlahir dari seorang perawan tanpa campur tangan lelaki. Keanehan semakin bertambah karena Injil Lukas justru menampilkan silsilah yang sama sekali berbeda. Belakangan para apologetika nasrani mengklaim bahwa silsilah yg digunakan Lukas adalah silsilah Yesus dari pihak Maria, ibunya. Klaim para apologetika nasrani ini tidak ada dasarnya sama sekali dalam Injil dan sungguh aneh karena jelas2 Injil Lukas mengklaim silsilahnya sebagai silsilah Yesus dari Jalur Yusuf.

Lukas 3:23 "Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli,"

Tapi anggaplah benar bahwa silsilah versi Lukas adalah silsilah dari pihak ibunya, maka ini tetap saja aneh karena bangsa yahudi adalah bangsa yang menganut sistem kekerabatan PATRILINEAL, artinya silsilah seseorang selalu dilihat dari pihak bapak, BUKAN IBU.
Keanehan2 terkait silsilah Yesus tersebut mendatangkan banyak persoalan bahkan sejak Paulus masih hidup, karena itu dia meminta semua orang utk tidak lagi membicarakan masalah silsilah Yesus:

1 Timotius 1:4 dan jangan menyibukkan diri dengan cerita yang bukanbukan serta silsilah yang tak ber-kesudahan, sebab semua itu lebih mendatangkan perbantahan daripada kelangsungan rencana Allah di dalam iman.

Keanehan-keanehan tersebut menunjukkan betapa para penulis injil BERUSAHA DENGAN BERBAGAI CARA UNTUK MEYAKINKAN BAHWA YESUS ADALAH SEORANG MESIAS. Kengototan ini lagi-lagi menunjukkan bahwa para penulis Injil, khususnya Matius dan Lukas, tidaklah beranggapan bahwa Yesus adalah Tuhan, karena mereka pasti tahu bahwa Mesias adalah Manusia, bukan Tuhan.

(2) Namun TIDAK SEMBARANG KETURUNAN DAUD BISA MENJADI MESIAS. Keturunan Daud yang menjadi Mesias haruslah berasal dari SALOMO, bukan anak Daud yang lain.

1 Tawarikh 22:
(9) Sesungguhnya, seorang anak laki-laki akan lahir bagimu; ia akan menjadi seorang yang dikaruniai keamanan. Aku akan mengaruniakan keamanan kepadanya dari segala musuhnya di sekeliling. Ia akan bernama Salomo; sejahtera dan sentosa akan Kuberikan atas Israel pada zamannya. (10) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan dialah yang akan menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi Bapanya; Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya.

Dengan sendirinya persyaratan ini membuat Yesus tidak dianggap sah sebagai Mesias jika menggunakan silsilah dari Lukas karena silsilah tsb menempatkan Yesus sebagai keturunan NATHAN, anak Daud yang lain.

Lukas 3:31 "anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud,"

(3) Namun tidak semua keturunan SALOMO dapat menjadi Mesias. Keturunan Salomo yang dapat menjadi Mesias HARUS BUKAN BERASAL DARI YEKONYA atau KONYA BIN YOYAKIM, Raja Yehuda yang dicopot jabatannya oleh Raja Nebukadnezar.

Yeremia 22:
(24) "Demi Aku yang hidup, demikianlah firman TUHAN, bahkan sekalipun Konya bin Yoyakim, raja Yehuda, adalah sebagai cincin meterai pada tangan kanan-Ku, namun Aku akan mencabut engkau! (25) Aku akan menyerahkan engkau ke dalam tangan orang-orang yang berusaha mencabut nyawamu, ke dalam tangan orang-orang yang engkau takuti, ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, dan ke dalam tangan orang-orang Kasdim. (26) Aku akan melemparkan engkau serta ibumu yang melahirkan engkau ke negeri lain, yang bukan tempat kelahiranmu; di sanalah kamu akan mati.

Nah, berdasarkan silsilah dari Matius, YESUS ADALAH KETURUNAN YEKONYA

Matius 1:11 "Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel."

Karena Yesus berasal dari keturunan Yekhonya, maka berdasarkan perkataan Nabi Yeremia, dia tidak dapat menjadi seorang Mesias.

KESIMPULAN #1: Injil GAGAL dalam membuktikan bahwa Yesus adalah benar2 seorang Mesias berdasarkan syarat2 seorang Mesias dalam Kitab-kitab Yahudi. Karena itu tidak mengherankan kalau pemuka2 Yahudi pada zaman itu menolak mengakui bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Tuhan kepada bangsa Yahudi.

MENURUT AL QURAN

Namun, Al Quran pun mengakui bahwa Yesus seorang Mesias, misalnya dalam QS 4:157:

"Dan karena ucapan mereka : "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah [378]", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) 'Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah 'Isa."

Al Quran juga secara konsisten menyebut Yesus sebagai Putra Maryam, dan tidak pernah sekalipun menyebut dia Putra Yusuf. Dan Al Quran menginformasikan bahwa Mariam adalah putri Imran, kemenakan dari Zakaria, ayah dari Yohanes Pembaptis (QS 3:33-42). Informasi ini sungguh menarik karena Perjanjian Baru tidak ada sedikitpun menginformasikan tentang kekerabatan antara Yohanes dan Yesus.

Dengan demikian, Al Quran memasukkan Maryam dalam Keluarga Abia, Keturunan Harun, artinya berdasarkan Al Quran, Yesus adalah Keturunan Harun dari jalur ibunya. Nah, sebagaimana kita ketahui, Mesias tidak hanya berarti raja, tetapi juga imam. Mari kita lihat kembali apa yg dikatakan Kitab2 Yahudi:

Keluaran 40:
(13) Kaukenakanlah pakaian yang kudus kepada Harun, kauurapi dan kaukuduskanlah dia supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku. (14) Juga anak-anaknya kausuruhlah mendekat dan kaukenakanlah kemeja kepada mereka. (15) Urapilah mereka, seperti engkau mengurapi ayah mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku; dan ini terjadi, supaya berdasarkan pengurapan itu mereka memegang jabatan imam untuk selama-lamanya turun-temurun."

Berdasarkan ayat2 di atas, Keturunan Harun yang Menjadi Imam juga berhak disebut MESIAS karena yg diurapi tidak hanya Raja tetapi juga Imam.

KESIMPULAN #2: LUAR BIASA! Tidak seperti Injil, Al Quran mengakui Yesus sebagai seorang Mesias namun dalam artian sebagai seorang Imam keturunan Harun, BUKAN sebagai Raja Keturunan Daud. Dengan demikian, pengakuan Al Quran tidak bertentangan sama sekali dengan Kitab2 Yahudi.

KESIMPULAN #3: Bahwa Yesus seorang IMAM KETURUNAN HARUN YG DIURAPI menjelaskan mengapa para imam Yahudi memusuhi Yesus. Kalau Yesus adalah MESIAS KETURUNAN DAUD maka hal itu tidak akan berdampak pada kedudukan mereka sebagai imam, namun karena Yesus adalah IMAM KETURUNAN HARUN YG DIURAPI, maka jelas Yesus lebih berhak memegang jabatan imam besar ketimbang Hanas atau Kayafas. Ini diketahui oleh para imam Yahudi, dan mereka tidak mau kehilangan jabatannya, karena itulah mereka kemudian berusaha dgn berbagai cara utk membunuh Yesus.

Jumat, 06 Maret 2009

MENAKAR MUHAMMAD, MENAKAR YESUS

Di samping sama2 berpoligami, ada kesamaan lain antara Muhammad, Sulaiman, Daud, dan Musa yakni mereka sama2 menjadi raja dari sebuah bangsa. Ini membedakan mereka dari Yohannes Pembatis, Zakaria, atau nabi2 lainnya yg tidak pernah memegang tampuk kepemimpinan, apalagi dengan Yesus yang jangankan menjadi Raja, mencari pengikut setiapun beliau kesulitan.

Ada perbedaan prinsipil antara seorang raja atau pemimpin bangsa dgn seorang nabi: Seorang raja harus bertindak secara pragmatis dan taktis, seorang nabi harus bertindak secara idealis. Artinya, seorang nabi yg juga adalah seorang pemimpin bangsa suatu waktu harus meninggalkan idealisme-nya sebagai nabi dan memilih bertindak pragmatis dan taktis.

Misalnya saja, baik Sulaiman, Daud, ataupun Musa sama2 harus melakukan peperangan untuk melindungi bangsa mereka, sementara seorang nabi dituntut utk mengajarkan perdamaian.

Setelah berhasil mengalahkan kaum Quraisy yg sebelumnya menjadi ancaman besar bagi keselamatan mereka, Komunitas muslim pada zaman nabi terjepit di antara 2 kekuasaan adidaya: Romawi dan Persia. Keduanya merupakan penjajah atas bangsa2 semitik (arab dan yahudi). Keduanya tentu tidak akan duduk tenang melihat suku2 yg merupakan bagian dari bangsa arab terbangkitkan nasionalisme-nya setelah mereka memeluk Islam.

Sebagi pemimpin kaum muslimin, Muhammad menyadari betul posisi kaumnya saat itu. Maka tidak ada jalan lain bagi Muhammad kecuali melakukan tindakan pengamanan wilayah melalui penaklukan wilayah2 di sekitar Makkah, khususnya wilayah2 yg strategis. Penduduk asli di wilayah2 tsb memang sudah muak dgn penjajah Romawi dan Persia, sehingga mereka umumnya dgn senang hati bergabung. Peperangan yg terjadi dalam proses penggabungan itu umumnya antara tentara muslim melawan tentara Romawi atau Persia, bukan melawan penduduk asli.

Namun bagi mereka yg anti Islam, tindakan Muhammad itu diangkat kepermukaan sebagai sebuah tindakan kenabian. Nabi kok berperang? Demikian kilah mereka. Jadi kalau Alexander the Great, Christopher Columbus, Julius Caesar, Raja Richard dari Inggris, dan para penakluk lainnya dipuja-puji sebagai pemimpin besar karena telah melakukan penjajahan ke banyak bangsa, maka Muhammad harus menerima nasib dikutuk sebagai "perampok" karena telah memulai upaya penyatuan dan pembebasan suku2 dalam bangsa arab dari penjajahan asing.

Untuk memenangkan peperangan2 yg mereka lakukan, baik Muhammad, Sulaiman, Daud ataupun Musa sama2 menerapkan strategi dan taktik tertentu. Terkadang mereka harus bertindak keras terkadang mereka melakukan perundingan, terkadang mereka menyerang terkadang mereka bertahan. Namun khusus utk Muhammad, Al Quran telah menetapkan batasan2 tertentu terkait strategi dan taktik yg dapat digunakan kaum muslimin.

Namun lagi2 strategi dan taktik yg digunakan Muhammad dipropagandakan sebagai tindakan barbar oleh mereka yg anti islam. Eropa membangun kejayaan yg mereka nikmati sekarang dari darah, keringat dan nyawa bangsa2 jajahan mereka di Asia, Afrika dan Amerika, namun tidak ada yg mengatakan tindakan2 mrk tersebut sbg barbar. Muhammad membebaskan suku2 arab dari penjajahan asing, dan itu adalah barbar, kata mereka.

Muhammad memberikan 3 (tiga) pilihan bagi penduduk wilayah taklukan: masuk Islam, membayar jizya, atau kalau menolak kedua-nya akan diperangi. Paling tidak Muhammad memberikan pilihan. Adakah Bangsa barat memberikan pilihan seperti itu kepada suku2 Indian Amerika? Pergi dari tanah kalian atau kami bantai, itulah pilihan bagi bangsa Indian. Adakah Belanda memberikan pilihan itu kepada nenek moyang kita? Serahkan tanah, harta benda dan keringat kalian, atau kami bantai, itulah pilihan bagi nenek moyang kita. Tapi mengapa tindakan Muhammad memberi tiga pilihan yg jauh lebih manusiawi malah dikatakan tidak toleran sementara tindakan bangsa2 barat kepada bangsa2 jajahan yg tidak memberikan pilihan kecuali hidup menderita dikatakan sebagai perkembangan peradaban?

Pilihan2 yg diberikan Muhammad sebenarnya tidaklah berlebihan kalau dipandang secara obyektif. Mereka yg masuk islam toh diwajibkan membayar zakat, mengapa yg tidak masuk Islam tidak boleh diwajibkan membayar semacam pajak kepada negara? membayar pajak adalah kewajiban yg dibebankan oleh hampir semua negara kepada warga negaranya, mengapa ketika kewajiban itu dibebankan oleh Muhammad mereka yg anti Islam dgn enteng mengatakakannya "tidak beradab"? Toh dimanapun di dunia ini mereka yg tidak bayar pajak akan dihukum?

Tentu tidak adil membandingkan Muhammad, Sulaiman, Daud, atau Musa dgn Yesus atau Yohannes Pembaptis. Yesus memang dari semula tidak memiliki misi untuk membebaskan kaumnya dari penjajahan Romawi, jadi beliau tidak perlu berperang. Yesus juga tidak pernah menjadi pemimpin, karena sesuai pengakuan beliau sendiri, Yesus adalah "Raja di Kerajaan Surga", bukan "Raja di Alam Nyata", sehingga beliau tidak perlu mengambil keputusan2 yg akan mempengaruhi nasib bangsanya, jadi tidak perlu mengambil keputusan2 kontoversial yg mau tidak mau harus diambil demi keselamatan bangsa. Yesus memang tidak bertindak keras, tidak berperang, tidak menyerang, tapi itu lebih dikarenakan posisinya yg lemah: jumlah pengikut setia yg sangat tidak memadai dan dengan militansi yg rendah berhadapan dgn kekuasaan Romawi, sebuah negara adi kuasa. Boro2 menyerang atau melawan, tidak dibunuh saja sudah untung! Yesus memang seorang NABI TAKLUKAN, bukan NABI PEMIMPIN.

Tapi mempertentangkan dua bentuk kenabian tsb bukanlah tindakan yg bijak. Tuhan yang Maha Tahu tentuk tahu bahwa bentuk kenabian Yesus tepat utk kondisi saat itu, sementara bentuk kenabian Muhammad, Sulaiman, daud ataupun Musa cocok utk kondisi yg masing2 mereka hadapi. Seandainya Yesus menggantikan Muhammad dalam posisinya, maka jangankan mengajarkan ajaran Tuhan, menyelamatkan diri dari kekejaman Quraisy saja belum tentu beliau sanggup. Sebaliknya jika Muhammad yg berada di posisi Yesus, maka bisa2 terjadi banjir darah karena kaum Yahudi yg terbangkitkan oleh semangat jihad akan bangkit melawan Romawi tanpa memperdulikan kelemahan fisik mereka.

Jadi, tidak adil kalau mengukur Muhammad dgn ukuran Yesus, dan sama tidak adilnya jika Yesus ditakar dgn ukuran Muhammad. Tapi jauh lebih bodoh lagi kalau kedua nabi yg mulia tsb diukur dgn ukuran2 yg berlaku di zaman sekarang! Sebagai contoh, zaman sekarang, lelaki yang tidak kawin adalah lelaki gay atau lelaki yang putus asa dalam percintaan. Namun hanya orang bodoh yang akan menggunakan standar tersebut sehingga memvonis Yesus yg tidak kawin sebagai seorang gay atau seorang laki2 putus asa.

Demikian pula Muhammad yg melakukan poligami. Zaman dahulu adalah wajar seorang Raja atau Pemimpin bangsa melakukan poligami, tujuannya adalah untuk memperluas hubungan kekerabatan sehingga akan memperkuat kepemimpinannya. Hal ini juga dilakukan oleh Daud, Sulaiman, Rahabeam, dan raja-raja lain pada zaman dahulu, termasuk Kaisar2 di China dan Raja-raja di Eropa sekalipun. Hanya orang bodoh yang kemudian menyalahkan tindakan para raja tersebut dengan menggunakan standar moral zaman sekarang yang memang sangat mengedepankan monogami dan menganggap poligami sesuatu yang buruk (dan menganggap berzinah dan gonta-ganti pasangan sebagai sesuatu yg lumrah).

Kesimpulan: Pahamilah perilaku para nabi sesuai dengan konteks kehidupan mereka, bukan berdasarkan tata nilai yang diyakini manusia pada zaman ini.

Rabu, 04 Maret 2009

Menjawab Tuduhan Kontradiksi Al Quran: Apakah Muhammad Melihat Tuhan?

POKOK PERMASALAHAN


Tuduhan Kontradiksi dalam Al Quran berikut saya temukan di situs Faith Freedom Indonesia, ditulis oleh seseorang bernama ST. Jodi L Parson Radjagukguk, SH

2. Bisakah Allah Muslim dilihat oleh manusia dan apakah Muhammad (Mhd) melihat Allahnya? Ya, Mhd dapat melihat Allahnya ( Qs.53:1-18, Qs.81:15-29) .
Hal ini bertentangan dengan:
Qs.6:102-103 dan Qs.42:51) mengatakan bahwa Mhd tidak dapat melihat Allahnya.
Sampai disini sudah ada 4 pertentangan ayat, jadi total sudah ada 14 pertentangan.

Mari kita lihat apakah benar ada kontradiksi semacam itu di dalam Al Quran
-----------------------------------------------

QS 53:1-18

Entah Quran mana yg dibaca Rajagukguk, tapi QS 53:1-18 sama sekali tidak menyinggung apakah Muhammad bisa melihat Allah atau tidak, namun yg dibahas adalah bagaimana wahyu Allah disampaikan kepada Muhammad oleh Malaikat Jibril serta pertemuan Muhammad dengan Malaikat Jibril. Lengkapnya terjemahan QS 53:1-18 adalah sebagai berikut:

Demi bintang ketika terbenam,kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru,dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli sedang dia berada di ufuk yang tinggi.

Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu pada waktu yang lain, di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, ketika Sidratilmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.

Ayat-ayat di atas senada dengan ayat-ayat berikut

QS 81:15-29

Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam, demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arasy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.

Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang. Dan Dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang gaib.

Dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk, maka ke manakah kamu akan pergi? Al Qur'an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.

Ayat-ayat di atas pun sama sekali tidak menyinggung apakah Muhammad dapat melihat Allah atau tidak, tapi tentang bagaimana Al Quran diturunkan kepada Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril.

Dan dengan penuh percaya diri Rajagukguk mempertentangkan ayat2 di atas dengan ayat2 berikut:

6:102. (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.

6:103. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

42:51. Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

Sungguh mengherankan! QS 53:1-18 dan 81:15-29 bercerita tentang Malaikat Jibril, dan memang Muhammad DAPAT MELIHAT MALAIKAT JIBRIL. Kok bisa2nya Rajagukguk mengatakan ayat2 itu bertentangan dgn QS 6:102-103, 42:51 yang menegaskan bahwa ALLAH TIDAK DAPAT DILIHAT OLEH MANUSIA!

Saya sempat bingung dengan "kesalahan fatal" tersebut. Tapi akhirnya saya paham letak permasalahannya: Bagi Nasrani baik Allah maupun Malaikat Jibril (Ruhul Kudus) dianggap dua oknum dalam TRINITAS, oknum lainnya dalah Yesus. Makanya Rajagukguk memahami ayat yg menyatakan Muhammad dapat melihat Jibril = Muhammad dapat melihat Tuhan.

Namun bagi Muslim, JIBRIL ADALAH MALAIKAT CIPTAAN ALLAH, BUKAN TUHAN ATAU OKNUM TUHAN. Jadi kalau dikatakan Muhammad bisa melihat Jibril maka hal ini sama sekali tidak bertentangan dgn pernyataan bahwa Allah tidak dapat dilihat oleh manusia karena sekali lagi, JIBRIL BUKAN ALLAH dan ALLAH BUKANLAH JIBRIL!

--------------------------------------

KESIMPULAN:

(1) Penulis asli dari tulisan yg dikutip oleh Carol, yakni St. Jodi L. Parson Rajagukguk, SH, menginterpretasi Al Quran dari Sudut Pandang Nasrani yang memang menempatkan Jibril (Ruhul Kudus) sebagai salah satu oknum Tuhan. Berdasarkan interpretasi ini, dengan penuh percaya diri Rajagukguk mengatakan ada pertentangan dalam Al Quran, karena ada ayat yg mengatakan Muhammad dapat melihat Jibril (yg dalam pemahaman nasrani adalah oknum Tuhan) sementara ayat lain malah mengatakan Allah (yg sama seperti Jibril oleh nasrani dianggap oknum Tuhan juga) itu tidak dapat dilihat manusia (dan Muhammad memang manusia).

(2) Dalam sudut pandang Islam, Jibril adalah malaikat ciptaan Tuhan, bukan oknum Tuhan. Jadi ayat yg mengatakan bahwa Muhammad dapat melihat Jibril SAMA SEKALI TIDAK BERTENTANGAN DGN AYAT YG MENGATAKAN BAHWA ALLAH TIDAK DAPAT DILIHAT MANUSIA.